Kutinggalkan Pria Yang Kasar Itu, Sebab Aku Jauh dari Allah SWT Saat Bersamanya

Kutinggalkan Pria Yang Kasar Itu, Sebab Aku Jauh dari Allah SWT Saat Bersamanya
Kutinggalkan Pria Yang Kasar Itu, Sebab Aku Jauh dari Allah SWT Saat Bersamanya
Kutinggalkan Pria Yang Kasar Itu, Sebab Aku Jauh dari Allah SWT Saat Bersamanya



Ramadan 1436 H ini adalah Ramadan dengan cobaan paling berat bagiku, namun aku juga bersyukur karena aku bebas dari belenggu yang sangat besar. Awal Ramadan ini aku memutuskan hubungan dengan seorang laki-laki yang bisa dibilang telah meminangku secara pribadi tanpa membawa orang tuanya. Sudah 8 bulan aku menjalin hubungan dengannya. Aku merasa sudah tidak tahan bersamanya karena sebagai wanita aku merasa sudah tidak �dimanusiakan� oleh sikapnya.

Setelah patah hati, menemukan seseorang di Facebook

Awalnya aku mengenal laki-laki ini dari Facebook. Waktu itu aku baru saja patah hati karena cinta bertepuk sebelah tangan dengan seorang laki-laki yang kukenal hampir setahun. Kemudian aku move on dan membuka hati lagi. Aku aktif sekali di media sosial dan terlebih setelah patah hati, media sosial jadi hiburanku. Aku suka nge-add orang secara acak meskipun aku sama sekali tidak mengenalnya. Biasanya tidak ada masalah atau berlanjut berteman sungguhan, hanya sekedar menambah teman di Facebook. Tetapi kali ini aku ditanggapi oleh laki-laki itu.

Awalnya dia mengajakku chatting menanyakan identitasku, apakah kami pernah bertemu sebelumnya atau tidak. Kujawab kita belum pernah bertemu sebelumnya dan di pun tampak sangat welcome dan tampak ingin berteman baik. Setelah sedikit basa-basi, dia mulai curhat padaku lewat chatting itu. Aku pada dasarnya senang mendengar curhatan siapa pun, karena biasanya aku jadi tempat curhat sahabat-sahabatku. Usianya dua tahun lebih muda dariku dan masih kuliah namun dia punya usaha sendiri.

Dia bercerita bahwa dia difitnah pesaing usahanya sehingga dia bangkrut, ditinggal mati kekasihnya sebulan setelah bangkrut, dan sejak kecil berpisah dari ibu kandungnya yang tidak diketahui keberadaannya hingga kini sedangkan bapaknya menikah lagi dan dia bilang tidak mendapat perhatian dan kasih sayang orang tuanya. Dia merintis usahanya dari nol dan tinggal terpisah dari orang tuanya sejak itu. Aku mendengar ceritanya penuh simpati dan empati karena kisah yang dia ceritakan benar-benar sangat menyentuh. Kami pun makin dekat dan dia mengatakan sangat senang mengenalku dan ingin bertemu denganku. Aku pun juga nyaman berteman dengannya dan tertarik pula padanya. Akhirnya kami pun bertemu.

Akhirnya kami bertemu..

Aku terkejut karena kondisinya berbeda sekali dengan yang ada di foto-foto yang dia pasang di media sosial. Dia tampak sangat kurus dan menutup wajahnya dengan masker. Dia bilang sedang batuk dan aku tidak bertanya lagi. Pada pertemuan pertama itu dia menunjukkan buku tabungannya sebagai bukti dia tidak mengarang cerita bahwa dia bangkrut dan juga menunjukkan foto-foto produk miliknya, karyawan-karyawannya, proses produksinya, pameran-pameran yang dia ikuti, dan sebagainya.

Setelah pertemuan pertama itu, aku makin bersimpati padanya dan ingin memberi semangat agar dia bangkit lagi. Kami makin dekat dan dia pun mengatakan ada rasa padaku. Aku terkejut, senang sekaligus takut, karena aku pernah mengalami beberapa kegagalan dalam berhubungan dengan laki-laki. Bagiku ini juga terlalu cepat. Dia tampak sangat berharap padaku dan aku pun mengiyakan karena aku juga ada rasa meskipun aku masih takut.

Pada suatu hari aku pun diajaknya ke kos tempat tinggalnya. Di sana aku melihat produk miliknya yang masih dalam proses. Seperti biasa dia memakai masker. Ketika sedang berbincang, aku melihat ada masker bekas dengan noda seperti darah. Aku pun bertanya padanya sebenarnya dia sakit apa. Dia tidak mau mengaku, tapi setelah kudesak dia bilang dia sering keluar darah saat batuk dan itu alasannya dia memakai masker. Aku pun mencari tahu sakitnya dan berusaha mencarikan obat. Dia sama sekali tidak memiliki uang dan aku suka rela membantunya.

Aku pun juga diperkenalkan kepada orang tuanya. Mereka menyambutku dengan baik dan tampak merestui dan juga berharap ini bisa jadi ke tahap yang lebih serius. Dia juga menghadap orang tuaku, meminta secara pribadi untuk menjalin hubungan serius. Dia belum membawa orang tuanya karena alasan orang tuanya belum diberitahu tapi dia sudah tidak sabar. Orang tuaku, terutama ibuku, juga berharap aku segera menikah karena umurku sudah 24 tahun waktu itu. Ibuku merasa umur sekian sudah saatnya menikah karena kakak-kakakku juga menikah sekitar usia itu.

Dia ternyata sangat posesif dan kasar

Selayaknya pasangan yang menjalin keseriusan, kami pun masing-masing bercerita tentang masa lalu dan terbuka tentang apapun. Termasuk saling membolehkan mengecek handphone, bahkan dia meminta password facebook dan kuberikan. Aku begitu percaya padanya karena sebelumnya hal itu tidak menjadi masalah waktu memberitahu dengan mantan waktu SMA. Aku pun meminta juga password miliknya tetapi dia bilang akun Facebooknya sementara tidak diaktifkan karena pelanggan-pelanggannya mengejar-ngejar pesanan. Dia belum punya modal lagi untuk mengerjakan. Dia memintaku mengerti keadaannya dan berjanji akan memberikan passwordnya nanti jika semua sudah membaik. Aku pun percaya saja. Dalam hati aku kesal karena tidak fair tapi aku memilih diam.

Semakin lama dia semakin menunjukkan sikap tidak wajar. Perlahan dia mulai mengusik keuanganku. Aku pun sempat dipukulnya saat dia marah dan dia merusak benda-benda di sekitarnya, termasuk handphone ku. Aku takut bercerita kepada orang lain tentang sikapnya dan dia mengancam-ancam kalau aku sampai bercerita.

Lama-lama dia juga posesif padaku. Dia tampak tidak suka jika aku memiliki teman laki-laki. Aku melihat mungkin dia terlalu takut kehilangan aku jadi seperti itu. Awalnya aku memaklumi dan aku juga berusaha menjaga perasaannya karena sejauh aku dengannya dia juga tidak tampak memiliki kedekatan apapun dengan wanita. Aku juga selalu dimonitor keberadaannya, bahkan dia akan marah kalau aku tidak pamit atau laporan padanya.

Hal ini berlangsung lama dan akhirnya aku tidak tahan lagi. Aku memutuskan hubungan dengan segala risikonya dan dia menangis mengeluarkan air mata dan mengatakan tidak akan mengulangi. Dia juga mengatakan akan segera menikahiku meski orang tuanya keberatan karena dia belum lulus kuliah. Dia akan memperjuangkan pernikahan kami meskipun harus meninggalkan keluarganya. Aku pun luluh dan memaafkan. Tetapi dia kembali mengulangi perbuatannya yang tidak kusukai. Kembali aku memutuskannya dan dia datang lagi meminta kesempatan dalam kondisi sakit. Aku pun luluh kembali dan kuperiksakan ke rumah sakit, hasilnya dia terkena gejala DB. Aku masih peduli padanya.

Aku tidak ingin menyia-nyiakan bulan Ramadan

Setelah dia sembuh kami menjalani hubungan lagi dan dia mulai tampak berkurang sikap buruknya dan mulai percaya dia berubah. Tetapi lama-lama terulang kembali, apalagi menjelang Ramadan ini dia tampak tidak suka dengan kehadiran bulan Ramadan karena dia tentu tersiksa karena aktivitas Ramadan membatasinya melakukan hal macam-macam. Kali ini aku membulatkan tekad untuk mengakhiri hubungan ini.

Aku tidak mau Ramadan kali ini sia-sia dan ingin bertaubat apapun risikonya. Aku menyiapkan segala rencana dan mengambil waktu untuk ancang-ancang. Aku merasa sangat jauh dari Allah selama menjalin hubungan dengannya dan juga merasa tertindas dengan sikapnya. Aku berpikir jika sampai menikah dengan orang seperti ini maka hidupku akan tersiksa selamanya. Aku pun memberanikan diri menyelesaikan ini semua dengan melibatkan seluruh pihak yang terkait. Dia sampai mengancam bunuh diri jika tidak bisa memperjuangkan hubungan ini tapi aku tidak peduli.

Saat ini aku merasa kondisiku membaik dan bertekad berbenah diri dan semakin yakin Allah akan membantu hamba-Nya yang ingin kembali pada-Nya. Berkah Ramadan benar-benar kurasakan pada Ramadan kali ini. Kini aku menjalani hari-hari dengan makin tenang mendekatkan diri padaNya, memohon ampun atas dosa-dosa, dan berharap Allah mengganti semua yang hilang dariku dengan yang lebih baik.

Kutinggalkan Pria Yang Kasar Itu, Sebab Aku Jauh dari Allah SWT Saat Bersamanya


sumber : .vemale.com

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kutinggalkan Pria Yang Kasar Itu, Sebab Aku Jauh dari Allah SWT Saat Bersamanya"

Post a Comment